"Kalo kamu mau, aku dan kamu bisa kok menjadi kita, saling mendoakan
dalam eratnya pelukan sepasang kekasih menghangatkan suasana pada dingin
nya udara kota Bandung..."
Andin, mahasiswi semester 2 salah satu perguruan tinggi swasta di
Jakarta, rambut lurus panjang, tinggi semampai, cantik berprestasi
bahkan menjadi idola tidak hanya di angkatannya tapi juga menjadi buah
bibir dikalangan senior kampus tempat mengambil gelar S.Psi.
Di teriknya udara siang hari, Andin bersiap untuk bertemu melepas rindu
dengan pacarnya Dendi mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyelesaikan
skripsinya di kota kembang. Rutinitas ini biasa mereka lakukan paling tidak sebulan sekali saling
berkunjung, akhir pekan ini Andin menemui Dendi yang tidak bisa pulang
karena bimbingan skripsi yang tidak bisa ditinggalkan. Honda Jazz merah melaju santai di lurus tol Cipularang, Fix You Coldplay
mengiringi hawa rindu setelah tidak saling berjumpa selama sebulan
terakhir.
Malam itu ditempat biasa kita bertemu tak jauh dari kostan kamu, kita
bercerita banyak tentang masing-masing. Kamu dengan semangat mengatakan
lusa akan sidang skripsi, berita yang sengaja kamu simpan hanya untuk
memberitahu aku langsung. Reflek, pelukan selamat aku berikan hangat tepat di tubuh kamu, hangat,
dalam. Aku senang dalam waktu yang tak lama lagi tidak lagi yang mampu
memisahkan kita sekalipun itu jarak.
Tidak mau kalah dengan kamu, dengan lancar bibir aku berucap tentang
semua hal yang ingin ku katakan sebulan terakhir, mulai dari aktifitas
di kampus, keseruan aku dengan teman-teman, tak lupa menyampaikan salam
mama yang ternyata juga kangen sama kamu. Sampai di beberapa waktu ini
aku sedang rajin menulis sebuah rangkaian kecil perjalanan kita. Suatu
saat kamu harus baca ya. Senyum tipis mengembang di pipi. Malam semakin larut pertemuan ini pun semakin hangat, kamu memutuskan
untuk mengantar aku pulang ke rumah tante, rumah kedua aku selama 10
bulan terakhir kita bersama setelah tentunya rumah orangtuaku yang aku
tempati di Jakarta.
Esok pagi nya, kita kembali bersama menikmati sarapan bubur ayam, kamu
begitu wangi sekali pagi ini, dengan manja aku melingkarkan tangan
sambil meletakkan kepala di bahu kamu. "Aku ingin seperti ini selamanya,
bisikku lirih"
Waktu jua lah yang kembali memisahkan kita, hanya untuk sementara janji
kamu. Segera aku selesaikan semua studi ku disini, baik-baik selalu di
Jakarta, jangan nakal. Kembali aku peluk erat, tak ingin berpisah
sebenarnya, tapi apa daya ini konsekuensi yang sudah kita pilih, sambil
menyeka air mata aku pamit. "Love you"
Entah apa yang kemudian di takdirkan Tuhan, mobil Andin mengalami
kecelakaan tunggal di jalan tol, yang dalam sekejap membuyarkan semua
mimpi, asa, dan harapan yang sudah sekian lama ini dibangun. Dendi hanya bisa diam membisu melihat tubuh kekasih yang sangat
dicintainya membujur kaku, berusaha menahan air mata haru walau terlihat
butiran kesedihan tampak jelas di raut wajahnya.
Seminggu berlalu, dengan langkah tak begitu semangat menyusuri lorong
kampus. Pagi ini, Dendi berjalan gontai menuju ruang eksekusi untuk
menyelesaikan atas apa yang sudah di dapatkannya selama 4 tahun terakhir
di bangku kuliah.
Satu langkah untuk menyematkan title, S.I.Kom. dibelakang namanya telah
diraih Dendi, sidang skripsi berhasil dilaluinya dengan sempurna. Nilai A
memaksa dirinya untuk tersenyum, meskipun getir karena teringat ucapan
Andin dipertemuan terakhir dengannya "tak lama lagi tidak lagi yang
mampu memisahkan kita sekalipun itu jarak"
Keesokan harinya tepat di pusara Andin, Tanpa disadari kertas nilai yang
dari tadi digengamnya basah, air mata tak bisa tertahankan "Raga ini
memang terpisah tapi tidak untuk rasa ini janjiku dalam hati, aku yakin
kamu pasti tersenyum disana, walaupun di ujung cerita, aku dan kamu yang
tidak pernah menjadi kita," Sambil berlalu seraya meletakan kertas
nilai tersebut sebagai persembahan terakhirnya.