Minggu, 25 Agustus 2013

Aku Kamu dan Dia (Jarak)

Hey, kamu ! Iya kamu, kamu yang hari ini sudah kembali ke kota asalmu, menjalani aktifitasmu sehari-hari setelah seminggu berada dikotaku. Bahagia loh bisa bertemu kamu, bertatap muka, bercerita banyak tentang hubungan kita yang dulu, iya hubungan di masa lalu, yang saat ini sudah terkandaskan.

Aku pun menyadari, tujuan utama kamu menyambangi kota dimana aku menghabiskan waktu aku selama ini untuk menengok nenekmu. Tidak pernah terbesit di fikiran aku, kamu singgah di kota ini untuk menemuiku, mantan kekasihmu, mantan yang mungkin sudah tidak berarti dihidupmu dan tidak ada di hatimu.

Sangat jelas kenapa aku berfikir seperti itu, 1 tahun 5 bulan hubungan ini berakhir sudah loh. Iya aku masih ingat, aku yakin kamu pun merasakan hal yang sama. Selama itu juga disana kamu memiliki seorang wanita, pengganti aku disisi kamu, perempuan yang lebih dari aku, yang bisa selalu dekat sama kamu, yang jika kamu butuhin langsung bisa ada di samping kamu, gak seperti aku yang tidak bisa berbuat apa-apa, karena ribuan mil jarak yang memisahkan kita. Aku bukan minder, ataupun merendah namun memang beginlah adanya.

Hari itu, awal pertemuan kita setelah setahun lebih kamu dan aku tidak bertatap muka. Bingung, agak takut salah orang, sempat terlintas perubahan kamu yang mungkin nantinya aku tak mengenalimu. Namun setelah bertemu di tempat pertama kali kita berjumpa 3 tahun lalu, tak ada perubahan yang berarti, masih sama seperti dulu.

Tak lama kemudian, kita memutuskan untuk bergerak melambat, menuju tempat kenangan, lokasi yang mau tak mau membawaku ke memori masa lampau. Di dalam keheningan sesaat, kamu mengutarakan semua "dosa" yang pernah kamu perbuat, maaf telah menduakan cinta, janji yang selalu kamu ingkari. Tanpa tersadar telapak tangan ini kamu genggam erat, bagai anak bayi yang hendak menyusui muka kamu terpampang jelas penuh iba, kosong nanar, dan berulang kali mengucapkan kata maaf.

Karena tak ingin larut dalam suasana yang belum bisa sepenuhnya aku kendalikan, aku merespon semua ucapanmu dengan rilex. Kemudian dengan lancar bibir ini bersuara, "Tanpa kamu meminta maaf aku udah maafin kok, aku selama ini bukan gak mau maafin kamu, aku cuma belum bisa melupakan kejadian dulu, sakitnya aku, sangat membuatku hancur"

Sepersekian detik nafas aku tersengal, ketika kamu dengan lancar membeberkan alasan kamu selingkuh, walaupun sebenernya aku tidak ingin lagi luka yang sudah mulai kering ini kembali menganga. Jarak.. Pelan kamu berucap, mata aku seperti terhipnotis, memandang kamu lurus memperhatikan dengan seksama. Sejenak kamu menarik nafas "Aku gak bisa dengan jarak diantara kita, aku ngerasa capek, selama kita berpacaran hanya aku yang mengunjungimu, walaupun aku ngerti kenapa kamu gak bisa ketempat aku, gak pernah nyalahin itu."

Bukan karena perasaan, tidak ada  sedikitpun faktor perasaan waktu aku ambil keputusan itu. Enggak perlu aku sebutin kamu pasti tau kok bagaimana perasaan aku ke kamu, masih sama tak pernah berbeda. Mendengar pernyataan kamu itu aku sempat terdiam kaku, aku coba untuk mencairkan suasana agar tidak terlalu sendu, aku gak mau pertemuan ini dihiasi air mata. Kita ketemu buat seneng-seneng loh bukan buat sedih berujung drama.

Di ujung pertemuan, kamu menatap mata aku tajam, memegang dagu aku untuk sesaat kemudian berkata "Berapa tahun lagi ya kita bisa bertemu? Tanpa berucap aku hanya tersenyum tanpa harapan, sambil berlalu meninggalkan tempat itu tanpa pernah tahu kapan akan kembali lagi.

Hey Rian, iya Rian Eka Pramestu, terimakasih untuk pertemuan kemarin, makasih juga untuk canda tawanya, kalopun itu mungkin jadi terakhir kali kita bertemu, tak mengapa. Soal permintaan maaf kemarin, aku udah maafin semuanya. Kamu perlu tahu satu hal, sudah aku pastikan dalam hati ini, kalo kita memang sulit untuk bersatu lagi. kita sama-sama bahagia ngejalanin kehidupan masing-masing. Walau aku gak sama kamu, jangan pernah lupain aku ya, Putri  Rakeswari mantan kamu yang cantik ini.

Bahagia buat kita berdua, bahagia untuk kehidupan kita. Bukan karena perasaan yang membuat hubungan ini berhenti. Tapi hanya sebuah kata sedehana namun menakutkan bagi semua yang menjalankan LDR.. Jarak..
"Yakin ini jalan terbaik walau kita tak lagi berdua, tak usah ditangisi, tak perlu disesali, yakin kita akan bahagia walau kita tak lagi bersama, karena hanya luka jika kita bersama yan,"

Seusai pertemuan itu, kamu mengirimkan sebuah pesan singkat, "good luck ya put, get the best for you, and save your self’. Gak ngerti harus bales atau enggak sms kamu, yang pasti aku akan ngejalanin, "cause I’m still looking up yan"

“Yang gak saling terikat dalam suatu hubungan pacaran belum tentu tidak saling sayang, dan yang saling terikat pacaran pun belum tentu juga saling menyayangi. Salah satu cara kita saling menjaga adalah dengan doa, itu lebih dari cukup, jika untuk memilikinya kita tidak mungkin. Berjiwa besarlah untuk menerima keadaan ini.“

Terakhir.. Aku ingin katakan, sukses buat kedepannya, untuk kehidupan, hubungan percintaan kita dengan yang lain nantinya. Semoga kita memiliki pasangan terbaik. Kita bisa jadikan cerita ini sebuah kenangan yang tak terlupa. Selalu ada hal baik yang bisa dipetik dari kisah yang pernah kita lalui, sebuah proses pembelajaran. Bagi pelaku LDR semoga cerita ini menjadi sesuatu yang berguna. Dari aku untuk kamu, untuk kisah kita yang sudah berlalu.

*Putri Rakeswari*


Selesai..

-Balada Penulis Amatir

Kamis, 22 Agustus 2013

Kamu datang (lagi) lenyap sudah pertahananku

Kamu pergi, dan tak pernah kembali, aku tahu itu.. Kamu hilang meninggalkan jejak perih di hati aku pun menyadari. Aku susah melupakan kenangan tentangmu, tentang kita, diri ini memahami.

Sejak saat itu, saat kamu menghilang, melepaskan, kemudian mengenyahkan apa yang pernah terjadi diantara kita. Kamu entah ada dimana, tak berwujud rimbanya, Tanpa pesan, aku merindu. Hingga pada satu titik waktu aku menyerah, tidak ada lagi tentangmu di relung hati.

Aku berusaha kembali bermimpi, masih sama kala aku bersamamu, tapi kali ini tidak denganmu, berjalan sendiri menyusuri waktu yang ku lalui, bukan untuk kamu, untuk aku sendiri. Kemudian aku mampu tersenyum lagi suatu hal yang sangat jarang terjadi saat kamu begitu saja hilang dari hidupku.

Tidak sedikit waktu yang aku buang percuma hanya untuk mengikis semua tentang kamu, setidaknya itu bisa dilihat dari penilaian orang-orang disekeliling aku, yang tanpa ku sadari tulus menyayangi aku, sangat jauh berbeda dengan apa yang sudah kamu lakukan.

Hari demi hari aku jalani, aku sibukkan diri dengan kegiatan yang justru aku tinggalkan saat masih ada dalam pelukanmu. Menghabiskan waktu berkualitas bersama teman, sahabat, keluarga yang selama bersamamu lebih banyak terabaikan. Perlahan tapi meyakinkan tak ada lagi namamu di fikiranku, lepas bebas. Aku seperti anak TK yang sedang bermain dengan leluasa, seperti burung yang dilepaskan dari sangkarnya oleh pemiliknya.

Sangat aku sesali, penyesalan yang teramat dalam saat kamu datang (lagi), entah kenapa pertahanan yang sudah susah payah aku bangun, lama nya waktu yang tak sedikit aku butuhkan untuk lupakanmu, runtuh begitu saja.

Memori liar mengudara, kangen begitu dalam justru lebih berkuasa ketimbang logika yang harusnya lebih menguasai alam bawah sadar aku. Hati kecil aku berkata jujur, pertahanan aku tak kuat, sampai tak sadar bibir ini terucap sambil menatap matamu yang indah, "memang lebih baik, terutama untuk aku, kita enggak usah bertemu lagi ya, berharap kau pun sadari, jalan kita selesai sampai disini."

Selesai...

-Balada Penulis Amatir-

Senin, 19 Agustus 2013

Semua udah ada jalannya..

Si cewek umur baru 19 tahun, Pacarnya masih 20 tahun, sama-sama kuliah, bahasan-nya di akun twitternya hampir tiap hari tentang nikah mulu.. Gak bosen? Emang udah tau pernikahan itu apa? Bagaimana menjalaninya? Bukan sekedar menghalalkan hubungan biologis loh, Emang mau kasih makan apa nanti anak orang?

6 bulan kemudian, mereka menikah, si cowok dengan berani mengajak kedua orangtuanya melamar sang pujaan hati oleh orang tuanya, setelah 4 bulan sebelumnya memutuskan kerja sambil kuliah, mungkin ini rejeki sebelum menikah, sekaligus kabar baik tidak butuh waktu lama langsung dipercaya menjadi supervisor sebuah perusahaan sepeda motor terkemuka, tanpa harus menelantarkan kuliah yang kemudian dialihkan di waktu malam hari. Mereka bahagia, hingga pada waktunya tiba, wisuda bertiga, iya bersama titipan Tuhan yang dengan segala rencana indahnya mengatur semua ini.

Di sudut yang lain…


7 tahun pacaran, sejak masa SMA, awalnya menyangka ini hanya cinta sesaat, kisah kasih putih abu-abu, saling melempar senyum, berkirim salam, ke kantin bareng, kemudian berlanjut hingga lulus. Di tingkat perguruan tinggi, memutuskan kuliah satu kampus, kompak dalam memilih jurusan, sampai berada di satu kelas yang sama hanya untuk sebuah yang diyakini, bernama cinta.

Pada saat waktunya datang, memakai baju kebesaran dengan warna senada, tiba di gedung pertemuan wisuda saling bergandengan, hingga untuk urutan di pindahkan tali dari kanan ke kiri pun mereka bersebelahan. Tidak lupa untuk mengabadikan semua moment itu, siapa yang menyangka itu menjadi foto terakhir mereka berdua. Sang arjuna mengalami kecelakaan, mobil yang ditumpanginya dihantam dengan kerasnya oleh truck yang melaju kencang menorobos lampu perlintasan dalam tanda menyala merah, sepulangnya dari mendapatkan gelar S.KOM, setibanya dirumah gelar itu bertambah dengan gelar keabadian (alm)

Gak ada sayang yang berlebih, tidak ada pula namanya pertemuan yang singkat, semua itu berbalut indah lima huruf, CINTA. Nikmatin, jalanin, kalo udah tidak kuat silahkan akhirin, masih banyak hal yang bisa dikerjain. Sesimple itu sebenarnya..

Pertemuan dan perpisahan sudah ditakdirkan akan selalu berpasangan, menjadi satu paket yang saling melengkapi, layaknya keyboard yang bergandengan dengan mouse, layaknya ban yang jika tidak menempel dalam kendaraan tidak akan berfungsi normal, Seperti sebatang rokok jika tidak ada pemicu api / korek tidak bisa dirasakan kenikmatannya.

Usaha boleh dengan giat, tapi haruslah tetap di ingat, ada yg lebih punya kuasa, dia (sang pencipta). Tuhhh kan bener, mau kaya apapun kamu dijodohin, dikenalin, kalo belom jodoh mah, ya enggak akan nyatu. Buktinya sekarang kamu masih sama aku kan?

 -Balada Penulis Amatir-


Selasa, 13 Agustus 2013

#NamanyaJugaTwitter

#NamanyaJugaTwitter , yang awalnya enggak kenal kemudian bisa jadi kenal, terkadang malah sampe merasa paling kenal.

#NamanyaJugaTwitter , bisa juga bikin orang yang awalnya kenal, jadi saling enggak kenal, malah bisa sampe enggak mau saling kenal

#NamanyaJugaTwitter , bisa bikin orang yang awalnya enggak tau menjadi makin tau, malah terkadang bisa semakin sok tau.

#NamanyaJugaTwitter , bisa bikin orang merasa tersindir, disindir, dan menyindir :)

#NamanyaJugaTwitter , dari yang awalnya bukan siapa-siapa, jadi orang yang kalo belum kenal orang itu malah dianggep bukan siapa-siapa

#NamanyaJugaTwitter , orang-orang berlomba punya followers banyak, bahkan sampe ada mesin otomatis penambah followers biar dibilang update.

#NamanyaJugaTwitter , sampe artis. orang-orang penting, pejabat pemerintah pun ikutan main, di Indonesia, Presiden SBY bisa jadi salah satu contohnya :)

#NamanyaJugaTwitter , sampe bisa menghasilkan uang cuma dari sekali twit.. :)

#NamanyaJugaTwitter , berawal dari ngetwit, kemudian bisa lanjut ke buku, bahkan bisa jadi sebuah film.

#NamanyaJugaTwitter , sampe bisa bikin situasi "berantem" layaknya di dunia nyata, dikenal dengan istilah twitwar

#NamanyaJugaTwitter , bisa jadi media buat cari tau seseorang yang lagi ditaksir atau gebetan dari setiap twitnya :)

#NamanyaJugaTwitter , dibilang sombong kalo enggak followback, :)

#NamanyaJugaTwitter putus hubungan sama gebetan karena gebetan punya gebetan baru langsung di block. via @fajarorens_ 

Postingan iseng, melihat hal-hal nyata yang terjadi di media 140 Karakter, kalo ada yang mau nambahin boleh, silahkan nanti saya update disini :)

-Balada Penulis Amatir-

Sabtu, 10 Agustus 2013

Harusnya Ku Melepaskan(mu)...

Kau tau aku mencintaimu..
Kau pun tau merindunya aku!
Aku rasa kamu tak perlu ragu itu, demikian pula untuk diriku
Apakah hanya cinta dan rindu yang membuat kita bisa bertahan?
Menghantam semua prasangka buruk, ego, cemburu diantara kita yang mewarnai lembaran kisah ini

Bertahan, sampai kapan?
Aku sungguh enggan menjawab
Menurutku semua ini tidak akan berujung dengan jawaban
Sampai nanti, ada kita disini, bukan kamu disana, aku disini

Harusnya Ku Melepaskan(mu)...
Sejak saat itu, saat kau memutuskan meneruskan mimpimu, yang dikemudian hari memang aku mengaminkan menjadi bagian mimpi kita, tidak di rumah ini, tapi disana. Jauh dan aku tersadar sangat sulit untuk memelukmu seperti biasa.

Sepakat Saling Menguatkan..
Tiga kata itu, yang aku dan kamu saling peluk erat meletakan tepat dihati, menjalani semua ini, melepas kepergianmu dalam kondisi belum satu caturwulan kita bersama dan harus terpisah jarak untuk waktu yang tidak sebentar, 180 hari. "Masih belum melewati rekor bang toyib sih memang"

Tak mungkin menyalahkan waktu.
Sehari... Tiga hari.. Seminggu.. Dua Minggu.. Sampai 30 hari pertama berhasil mulus kita lalui seperti jalan tol yang tidak memiliki hambatan. Melalui smartphone kita bertukar kabar, melepas rindu baik melalui chating, maupun telepon, bahkan tidak jarang skype kita gunakan untuk bertegur sapa. Perasaan aku semakin kuat dan yakin, aku bisa, gak cuma aku, tapi kamu pun bisa, iya kita bisa!

Komunikasi memburuk.
Hanya selang berapa lama, hal yang selama ini aku hanya dengar dari cerita pengalaman teman-temanku atau dari buku yang aku baca, mengenai persoalan terbesar cinta dalam jarak, akhirnya menyambangiku.
Gelap mata kerap terjadi, kesibukan hingga kelelahan yang mendera dari aktifitas keseharian memperburuk keadaan. Hal yang seharusnya menjadi sepele kala di social media malah menjadi senjata untuk saling meragukan kesetiaan.

Akhiri atau teruskan?
Hanya kita yang tau kemana hembusan angin berbalut nafas cinta melabuhkan cerita. Meneruskan laju perahu ini hingga bersandar di dermaga, atau membiarkan perahu karam lalu tenggelam.

Selesai

-Balada Penulis Amatir-

Jumat, 09 Agustus 2013

LDR, kamu kuat atau enggak? :')

Suatu hubungan yang terpisahkan jarak, terpisahkan ruang dan waktu, yang ngetrend disebut LDR (Long Distance Relationship), menjadi momok hampir setiap orang yang sedang menjalani, baik yang akhirnya berhasil sampai jenjang lebih serius ataupun terhenti di persimpangan.

Guys, pasti pernah dong ya, ngalamin suatu periode dimasa pacaran, dimana bosen, stuck, atau enggak tau lagi mau berbuat apa tentang hubungan aku dan kamu nya kalian, ehmm.. Kalo ini, jangankan LDR, yang deketan aja pasti pernah ya mengalami, ayo jujur? :')

Ketika ada di titik jenuh, bingung bagaimana hubungan bisa terus atau enggak, yang berdekatan mungkin bisa dengan mudah menyelesaikan, bertemu, tatap muka, bicarakan semuanya, (setidaknya hal ini pernah saya rasakan saat wanita yang pernah jadi khayalan saya ternyata memiliki mimpi yang berbeda)

Lalu bagaimana cara LDR mengakhiri, ini yang sulit, dua kali sakit, lebih perih, karena belum tentu bisa bertemu untuk mengejawantahkan apa yang ada di hati, ataupun kalo ada kesempatan bertatap muka, apakah kamu tega langsung mengutarakan begitu saja? Aku sih enggak. :')

Manusia itu harus tahu, kapan saatnya berjalan dan kapan saatnya istirahat (baca : berhenti)  -Bambang Pamungkas-

Selesai...

-Balada Penulis Amatir-