Kamis, 11 September 2014

Inginku Mungkin Tak Menjadi Maumu

Sesuatu yang indah datang cuma sebentar, dan sulit untuk melupakan. Ini bukan hanya tentang aku dan kamu, tapi tentang aku kamu dan dia. Atau mungkin lebih tepatnya aku yang hadir di antara kalian. 

Semua berjalan begitu saja, sulit memang untuk dipahami. Aku yang terlalu keras untuk memperjuangkan. Atau kamu masih belum sepenuhnya yakin dengan apa yang kamu perjuangkan dengannya saat ini. Entahlah sampai saat ini aku belum menemukan jawaban pasti akan kegundahan itu.

Hidup memang berjalan kedepan bukan malah mundur kebelakang. Tapi kisah ini dimulai dari saat itu. Mundur sedikit kebelakang, saat aku mengenalmu. Terbesit pun tidak untuk  menempatkan hati tepat di relung terdalam. Segala canda, tawa, tangis serta harapan mengalir dari lantunan suaramu. Meskipun semuanya terlihat semu.

Indah sekali yang aku rasakan bahkan masih terasa hingga sekarang. Sampai akhirnya, waktu menjawab semua. Ada dusta tercipta diantara bahagia yang kurasa. Kamu tak sendiri itu yang ku tau, bukan dari mulutmu langsung. Sungguh menyakitkan. 

Berbagai cara kamu lakukan untuk tetap mempertahankan. Kesempatan tak luput juga aku berikan. Segala kata manismu lancar bersuara. Aku tau bukan hal mudah ada di posisi kamu. Menguatkanmu, memperjuangkan itu yang bisa aku lakukan. 

Akhir dari semua ini, hanya kamu yang bisa menentukan. Yang aku lakukan saat ini hanya untuk menguatkan apa yang ku inginkan. Walaupun nantinya mungkin tak seindah kenyataan. Setidaknya keyakinan kecil ini masih aku nyalakan. Tinggal mau kamu padamkan atau malah semakin besar menggelora. Sekali lagi, semua peletuk itu ada di kamu.

Yakinlah, akan ada senyum indah diakhir tangismu itu...

Selesai

Senin, 04 Agustus 2014

Bohong

Sering kita dengar dan tidak jarang juga diucapkan “bohong demi kebaikan itu enggak apa-apa kok”. Memang disituasi tertentu berbohong masih menjadi hal yang dimaklumi untuk dilakukan.

Seperti dalam kondisi ini misalnya. Dalam satu keluarga dimana ada anak yang meninggal dunia di perantauan. Kemudian anggota keluarga lain terpaksa membohongi ibu kandungnya dengan mengatakan sang anak hanya menderita sakit. Kebohongan yang dilakukan sebelum jenazah tiba dikediaman. Tidak lebih tidak bukan hanya untuk menjaga keselamatan si ibu yang mengalami sakit jantung.

Lain halnya ketika dihadapkan dengan situasi percintaan. Klasik, kejujuran menjadi hal penting dalam sebuah hubungan. Terlebih jalinan kasih baru sebatas pacaran. Dua ego yang berbeda, dua kepala dan pemikiran yang tidak sama. Semuanya itu terpaksa harus dijadikan satu. Suka tidak suka, mau tidak mau inilah sebuah proses menuju langkah selanjutnya.

Keributan demi keributan, perselisihan, salah paham kerap kali terjadi dalam suatu hubungan karena hal yang satu ini, bohong. Terlihat sepele mungkin, namun bisa menjadi bahan renungan. “Baru pacaran aja sudah suka berbohong, bagaimana jika nanti hidup berumah tangga?”

Bohong atau tidak mengatakan jujur, berkata jika benar bilang benar. Apabila salah tidak sungkan mengakui kekhilafan lalu kemudian minta maaf. Karena memang ternyata lebih sulit, memberikan uluran tangan terlebih dahulu, daripada merespon jabatan tangan permohonanan maaf.

Itu bohong... Itu Palsu

Jumat, 11 April 2014

"Rumah" aku kini ada kamu

Tak ada yang bisa menduga kehadiran cinta, tak ada yang bisa mencegah kenyamanan hati, semua datang begitu saja. Tanpa rencana sebelumnya.

Rumahku yang kosong kini kembali berpenghuni, sekian lama kututup pintu hati ini, kamu datang membuka dengan segenap cinta yang kurasakan tulus adanya.

Masa laluku yang kelam membuatku tidak ingin mengharapkan apa-apa. Aku jalani semua apa adanya, kamu dengan kamu yang sejauh ini telah membuka hati aku, dan aku dengan diriku yang mungkin telah mempesona dirimu.

Aku pun tau, banyak orang lain juga yang ingin menempati rumah ini, bukan hanya kamu, baik yang mengatakan terbuka dengan membawa harapan memberikan sentuhan renovasi, kehangatan ruangan didalamnya, hingga ingin melengkapi segala isi dalam rumah itu lengkap dengan cinta dan kasih sayang. Tak sedikit pula yang tak sempat ucapkan rasanya kepadaku walaupun aku tau hasratnya sama untuk menempati sudut terindah rumah ini.

Aku, kamu dan semua mungkin akan sepakat, tak ada yang tau siapa nantinya yang tidak hanya menempati rumahku sebagai persinggahan sementara, tetapi juga mengantarkan, mendoakan aku di rumah ini, sebelum menempati rumah abadi disana.

Selesai.... 

Nikmatin aja sakitnya, nanti juga hilang.

Sebuah kalimat yang kemudian menjadi judul tulisan kali ini, ungkapan dari seorang teman yang tak mau disebutkan namanya. Simple sih rangkaian katanya, tapi ketika siapapun yang membaca akan mudah mengerti, walaupun agak sulit dipraktikan.

Tuhan menganugrahkan sebuah rasa kepada manusia, makhluk yang diciptakan paling sempurna diantara yang lainnya. Rasa senang, rasa sedih, rasa kecewa, sampai perasaan cinta yang datang tanpa permisi, sekalipun itu tanpa ada sinyal sebelumnya, dan tidak mengenal kepada siapapun yang merasakan maupun yang dirasakan.

Ketika cinta tak berbalas, ketika rindu bertepuk sebelah tangan. Ketika kamu cinta dia, tapi justru dia ada cinta untuk yang lain. Itulah sebuah roda kehidupan suka tidak suka, mau tidak mau, harus dijalani. Ibarat minum obat, telan saja walaupun berasa pahit, karena akan berasa manis kemudian diwaktu sudah sembuh.

Agak sedikit munafik sih, ketika ada ungkapan, cinta tidak harus memiliki. Hanya orang-orang kalah yang berfikiran sempit seperti itu. Hanya orang-orang yang tidak bisa melepaskan ketika tidak mampu meraihnya yang melakukan hal itu. Fair saja jika tak bersambut cinta yang diberikan, itu lebih baik.

Berakhirnya sebuah hubungan, kisah kasih yang pada akhirnya tak bisa disatukan pun, yakinlah akan ada cerita lain setelah itu, para pengganti sudah bersiap mengisi ruang hati yang telah ditinggal pergi, entah kapan waktunya tidak ada yang bisa menerka itu semua.

Karena sesungguhnya menikmati pahitnya saat patah hati, sama rasanya kala menikmati indahnya saat jatuh cinta.
 
Selesai...

Rabu, 09 April 2014

Lo Pilih Mana?


Pendekatan atau kerap kali disebut pedekate, sebuah proses mencari tau, mengakrabkan diri, hingga diakhir nantinya bisa mendapatkan apa yang diharapkan. Meskipun gak boleh di kesampingkan juga ketika tidak dapat apa yang di inginkan.

Dalam proses ini, terkadang ada hal yang gak penting suka terjadi, contoh kecil pas lo lagi nelpon gebetan lo, "Ehh itu suara tukang roti ya, kamu udah makan belom? Beli dulu sana" hal-hal yang sebelumnya mungkin gak ada dalam rencana pembicaraan, tapi ada aja hal sekecil apapun, sesuatu yang sebenarnya gak penting bisa jadi sebuah obrolan.

Ada beberapa posisi lo ketika lagi melakukan pendekatan dimata gebetan lo :

1. Lo dianggep dan direspon seluruh apa yang udah lo lakuin buat gebetan lo, baik saat lo langsung bilang maupun berupa nomention, posisi ini udah enak banget tinggal gimana lo menyempurnakannya dengan mengungkapkan. Sudah pasti, sebelom mengatakan isi hati, lo mesti pastiin dulu isi hati gebetan lo ini ada gak buat lo.

2. Lo direspon seperlunya, kalo ditanya ya gebetan lo bakal jawab, kalo gak ditanya ya otomatis gebetan lo bakal diem aja. Gak akan nanya balik, contoh kecil saat bbman, masih sukur bbm lo dibaca doang walaupun gak dibales, daripada cuma didiemin gak dibaca, terus dia tetap asik dengan aktifitasnya tanpa menghiraukan keberadaan lo. Kalo ada di posisi ini, mending lo segera lupain, cari yang lain, buat apa memperjuangkan seseorang kalo orang yang sedang lo perjuangkan juga tidak melakukan hal yang sama, bukan begitu? Tapi kalo lo masih mau gigih buat dapetin hatinya gebetan lo silakan aja, toh udah tau kan konsekuensinya seperti apa.

3. Lo ada diposisi antara poin satu dan dua diatas. Terkadang gebetan lo perhatian banget sama lo, nanya "lo lagi ngapain? "Udah makan apa belom? Dan seterusnya. Walaupun lo sendiri gak bisa gitu aja kepedean dengan segala bentuk apapun yang dikasih gebetan lo, karena balik lagi masih proses pendekatan brur. Atau bahkan bisa saja gebetan lo tiba-tiba seenaknya acuh tak acuh sama lo, bisa merasa kaya gak ada apa-apa diantara kalian, bisa hilang bisa datang sesuka hatinya, pahit sih memang tapi itu yang namanya proses, suka gak suka harus lo jalanin. Kalo ada di posisi ini, lebih baik diperjelas, biar sama-sama enak dan tau apa yang dirasakan. Atau lo masih nyaman dengan posisi ini sampai nanti akhirnya lo sadar kehilangan disaat gebetan lo malah terlihat menggandeng orang lain :))

Jadi berhubung sekarang moment pemilu, 9 April 2014. Dimana seluruh rakyat Indonesia berkesempatan memilih siapa wakil rakyatnya, partai yang dipilihnya. Lo juga bisa tau ada dimana posisi lo dimata gebetan lo, dan harus memilih dan melakukan hal apa ketika ada di posisi lo hadapi.
Lo Pilih Mana?

Selesai...

Kamis, 27 Maret 2014

melepasmu membunuhku.

Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, setiap ada cinta terselip juga patah hati didalamnya, hanya waktu yang mampu menjelaskan kapan semua itu akan tiba.

Mengenalmu tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya, menyelami kehidupanmu hingga membuatku asik tenggelam dalam hangatnya kerinduan yang selalu melanda. Tidak mungkin berpura-pura memang begini adanya, menyenangkan sekaligus menggelisahkan.

Rasa nyaman aku dapatkan dari dua sisi yang berbeda. Kamu cuek dan galak, iya. Kamu baik dengan segala perhatian yang tak terduga, juga aku rasakan. Walaupun aku tau tidak hanya kepadaku kamu seperti ini. Kesendirian kamu tidak membuat aku menganggap semuanya hanya untukku. Cukup sadar diri sebelum harapan meninggi yang malah justru menjatuhkan kenyataan sebenarnya.

Kenyamanan yang aku rasakan, jauh lebih berharga dari sebuah kepastian yang pada akhirnya menganggu pikiran. Tentang semua rasa yang tak sanggup terucap, tentang cinta yang datang menghampiri. Kaku lidah tak bertulang ini berbicara, katakan semua titipan Tuhan hingga mengembun di pagi hari bersama indahnya mimpi tentang dirimu.

Selalu yakinkan tak ada yang sempurna, begitupula dengan dirimu. Mencari celah titik kelemahanmu yang mungkin bisa membuatku tak lagi memikirkanmu, yang mungkin sanggup menjauhkan bayangmu dari khayalku. Ternyata tidak, semakin keras aku berusaha malah semakin membuatku menggilaimu, ahh aku cinta kamu.

Mencoba sejenak menepis raut wajahmu yang terbayang, sungguh tak mampu. Memori ini jelas terekam dalam saraf sensorik di otakku, selalu tentangmu. Jika memutar waktu bisa aku lakukan, akan ada satu pilihan untuk tidak mengenalmu, mantap hatiku mengiyakan. Karena pada akhirnya aku sadar satu hal, melepasmu membunuhku.

Selesai...

Minggu, 09 Maret 2014

Beginilah Jadi Supporter Tim Ibukota (Ketika Nila Setitik Rusak Susu Sebelangga)

Minggu 9 Maret 2014, pukul 19.55 saya baru saja tiba dirumah setelah menyaksikan pertandingan sepakbola di Stadion Utama Gelora Bung Karno, antara tim yang sudah saya dukung beberapa tahun terakhir, Persija Jakarta menghadapi tim tamu dari Palembang, Sriwijaya FC.

Hasil akhir memang kurang begitu meyakinkan, setelah Macan Kemayoran berhasil ditahan imbang oleh Laskar Wong Kito 1-1, tapi kali ini saya tidak ingin membahas jalannya pertandingan seperti yang biasa saya tulis sebelumnya.

Yap! Setelah beberes dan waktu sudah senggang, dengan smartphone saya buka akun berkicau 140 karakter yang saya miliki, ada yang menarik perhatian kala melihat update dari salah satu akun resmi institusi pengamanan yang mengabarkan adanya tindak kriminal yang dilakukan segelintir supporter terhadap sebuah kendaraan umum dibilangan Sudirman.

Setelah saya coba scrool akun tersebut, terdapatlah beberapa update yang menggambarkan situasi mulai dari beberapa jam sebelum hingga sesuai pertandingan, dan yang sedikit saya agak terkejut hampir semuanya berbau negatif walaupun mungkin bermaksud bersikap preventif dan tidak mengarah kepada satu golongan supporter (dalam hal ini The Jakmania).

Tetapi tetap saja, karena semua akun twitter yang menjadi pengikut akun berseragam khas coklat tersebut baik yang mengerti ataupun tidak sama sekali mengikuti perkembangan sepakbola sudah pasti mengarahkan "ocehan" kepada suporter yang timnya sore itu bertanding (The Jakmania).

Bukan bermaksud melakukan pembelaan, banyak hal-hal menarik dan positif yang sudah selayaknya dilakukan supporter kala mendukung timnya bertanding dilakukan oleh The Jakmania sore itu, menyanyikan yel-yel dukungan tiada henti, membuat koreografi di tribun, bahkan saya mencatat dipertandingan ini, sama sekali tidak ada nyanyian berbau rasis atau menghujat siapapun. (Mohon koreksi jika salah).

Tidak ingin membandingkan dengan sorotan yang didapatkan supporter lain di kota-kota diluar Jakarta, tapi inilah fakta yang harus kami hadapi setidaknya saya pribadi, ketika sebuah kegiatan yang cenderung negatif menjadi barang laku untuk dipublish, ketimbang sesuatu peristiwa yang terlihat baik namun tidak terekam dan tersebar sama imbangnya dengan hal yang kurang baik.

Selama lambang monas didada masih membalut pakaian 11 pemain terbaik yang dimiliki, maka sudah selayaknya saya, aku, lo, gue, kami, kita akan terus meneriakkan yel-yel kebanggaan tim yang bermarkas di Jakarta. Ibukota negara yang konon lebih kejam daripada Ibu tiri. Kota yang sering di caci maki karena kemacetan, namun tanpa mereka sadari termasuk bagian penyumbang kemacetan itu sendiri. Kota dengan segala sumpah serapah orang-orang yang justru mencari penghidupan disini. Kota yang akan selalu saya pribadi banggakan lahir dan mungkin nanti mati disini.

Selesai....

Minggu, 02 Maret 2014

Rumahku Tak Lagi Jadi Rumahmu

Kita sama-sama mengejar cita dan cinta ya, dikota berbeda untuk kemudian membangun rumah bersama di sini, tempat kita dilahirkan dan sampai nanti kita menutup usia. -Akhir tahun 2010, sebuah SMA Negeri di Jakarta-

Siang itu usai pengumuman kelulusan SMA, di kantin belakang Lea dan Satrio sibuk terdiam dengan minuman masing-masing yang ada di hadapannya, Lea membuka pembicaraan diheningnya mereka berdua, "Kamu mau lanjut kuliah dimana yang? Kata Lea hati-hati, ia tau pertanyaannya memberatkan hati Satrio, pria yang sudah menemani setahun terakhir ini. Karena sebelum pengumuman kelulusan, Lea sudah memastikan diterima di salah satu kampus negeri Surabaya melalui undangan khusus atas capaian prestasi yang diraihnya.

Sambil memandang kerumunan teman-teman lain yang masih berbahagia setelah melihat namanya tercantum dalam daftar kelulusan, Satrio berbicara lemah “Sepertinya aku juga akan meninggalkan Jakarta, meskipun tidak seberuntung kamu bisa melanjutkan kuliah di kampus negeri, setidaknya aku bisa juga meraih cita-cita di kota lain, aku sudah mendaftar di salah satu kampus swasta di Jogjakarta semua sudah beres aku tinggal berangkat saja.

Lagipula jika aku tetap disini aku pasti akan selalu teringat kamu, tempat yang biasa kita habiskan bersama di akhir pekan, lapangan futsal dimana kamu selalu menemani aku saat latihan, jajanan kuliner yang selalu kamu ajak aku untuk menyalurkan hobi makan kamu itu, Lea tertawa kecil mendengarnya.

Sebulan berselang, aku terlebih dahulu meninggalkan Jakarta hanya untuk sesaat tak lama lagi kita akan kembali bersama disini menyongsong hari tua nantinya, janjiku pada Satrio. Sore itu bandara menjadi saksi bisu perpisahan sementara kami, sudah ku coba untuk tidak menangis saat kamu memeluk erat, namun semua itu tak tertahankan buliran air mata membasahi kemeja yang aku berikan sebagai hadiah ulang tahunmu. Cukup lama aku terbenam dalam hangatnya tubuhmu, sampai suara pengumuman pesawat akan segera takeoff memaksa Satrio melepaskan pelukan dan berucap “Hati-hati disana, jaga semua yang kita sudah miliki selama ini. Aku sayang kamu, tak lupa mengecup kening Lea.”

Satrio segera meninggalkan tempat dimana dia sempat mematung sekian menit saat melepaskan kepergian kekasih hati. Sejujurnya dia benci dengan namanya perpisahan walaupun itu hanya sementara, berat memang namun dirinya sadari hanya ini jalan yang harus dilalui, itupun jika memang masih ingin menjalani hubungan ini.

Awalnya semua berjalan indah, seperti penganut hubungan jarak jauh pada umumnya, kedua sejoli ini rutin melakukan komunikasi, bertukar cerita apa yang mereka jalani, tak terhitung berapa pulsa mereka habiskan hanya untuk bisa mendengar suara pujaan hati.

Fasilitas teknologi video call melalui skype pun mereka manfaatkan agar bisa melihat perkembangan terbaru dari pasangannya, “Kamu kok semakin kurus yang, sengaja diet atau gmana? Lea terheran melihat pacarnya terlihat berat badannya jauh berbeda sejak pertemuan terakhir tiga bulan lalu di bandara saat mengantar dirinya. Mendengar pacarnya mengeluh manja seperti itu, Satrio menjelaskan “Makan aku masih normal seperti biasa kok yang, tapi aktifitas di kampus memang super padat ditambah lagi hobi futsal yang rutin aku mainkan juga disini jadi ya seperti kamu liat saat ini, turun 2 kg, seraya tersenyum manis sekali malam itu".

Kesibukan masing-masing jugalah yang beberapa kali mewarnai pertengkaran kami, bumbu dalam suatu hubungan yang suatu waktu bisa menjadi racun jika dihidangkan secara berlebihan. Tanpa aku sadari bergabungnya diriku dalam organisasi kampus cukup menyita waktu, sebagai junior sering kali aku diberikan tanggung jawab membantu banyak acara baik itu internal maupun eksternal kampus tak luput aku kerjakan. Diluar jam kuliah yang sudah padat merayap layaknya kota Pahlawan yang macetnya tak berbeda jauh dengan Jakarta.

Kangen, cemburu, egois, curiga berlebihan, marah-marah tidak jelas menjadi santapan yang harus kami cicipi dalam semester pertama hubungan LDR ini. Puncaknya terjadi saat Lea merasakan perubahan drastis dari Satrio, tak lagi perhatian, sering tidak ada kabar, berbohong untuk hal yang sepele, keadaan yang membuat Lea sempat kefikiran hingga jatuh sakit dan dirawat. Tidak mau situasi ini semakin berlarut Lea berinisiatif mencari tau apa yang sebenarnya terjadi dengan Satrio. Bayangan hadirnya wanita lain dalam situasi seperti ini ditepiskan jauh-jauh olehnya, Satrio yang dikenalnya tak mungkin melakukan hal bodoh itu, Lea membesarkan dan meyakinkan hatinya.

Libur semester bertepatan dengan seminggu menjelang ramadhan mereka pulang, kembali bersama bertemu melepas rindu walaupun mereka sadari akan terpisahkan lagi. Waktu yang sedikit ini Lea dan Satrio manfaatkan untuk saling menguatkan cinta mereka yang sempat hambar. Semua berjalan normal apa adanya sampai seusai lebaran mereka kembali berkutat dengan kesibukan, terpisah jarak.

Dalam pertemuan itu terucap semua hal yang mereka alami di perantauan. Disitu juga terungkap Satrio dengan jujur mengatakan bahwa ada seorang wanitanya yang rutin menemani dirinya beraktifitas di kota pelajar itu. Dengan penjelasan yang menyejukan dan menyakinkan Lea, wanita bernama Indri diakui Satrio hanya sebatas teman, kamu enggak usah khawatir ya sayang. Senyum sungging membentuk di kedua pipi Lea mendengar semua yang diceritakan Satrio, termasuk keberadaan Indri disampingnya, "Makasih sayang, kamu udah jujur menjelaskan apa yang terjadi, enggak ada satu alasan pun buat aku untuk tidak percaya kamu". Pelukan terakhir sore itu dirumah Lea sebelum mereka kembali rutinitas masing-masing, dengan pagar pembatas berupa jarak.

Akhirnya semua terjadi juga, hal yang sama sekali tidak pernah terlintas dalam benak Lea, coba menepiskan semua ketakutan itu, mengelakan keraguan atas apa yang baru di sadarinya sebelum mendengar penjelasan langsung dari Satrio. Social media yang seharusnya bisa menjadi perantara hubungan terpisah jarak, justru malah menjadi jalan pembuka Lea melihat apa yang Satrio lakukan disaat tak bersamanya. Sempat tak ingin percayai ini semua, karena keyakinan aku kepadamu yang sangat tinggi. Namun seiring waktu dan apa yang aku temui dan ku ketahui. Salah satunya melalui akun twitter kamu, bermain api dibelakang aku, selingkuh dengan wanita yang pernah kamu ceritakan saat perjumpaan terakhir kita. Iya, aku melihat foto mesra kamu dengan Indri wanita yang kamu yakini kepadaku hanya teman, dan aku percayai itu.

Waktu 6 bulan sejak pertama kali aku melihat sesuatu yang tidak beres cukup buat aku meyakinkan bahwa hubungan ini memang tak layak dipertahankan, penjelasan kamu pun tak menyiratkan semua pembenaran atas apa yang telah terjadi. Tepat sehari sebelum ulang tahun bunda, tiga hari sebelum seharusnya kita 30 bulan bersama, apa yang pernah jadi mimpi bersama, janji setia, kasih, cinta dan sayang yang sering kita katakan di hari itu semua berakhir. Lea masih mengingatnya bahkan hingga hari ini, sudah 6 bulan berlalu padahal.

Terpuruk dalam sedih, menangis sampai habis air mata ini sempat menjadi rutinitas Lea sekian bulan setelah Satrio meninggalkan pergi bersama orang lain, melupakanmu mungkin mudah, tapi tidak dengan kenangan yang pernah kita lalui bersama. Bukan bermaksud kepedeaan, semenjak aku berstatus single sudah tak terhitung banyaknya lelaki yang berusaha mendapatkan hati aku, tapi aku tak bergeming. "Memang ku akui tidak mudah untuk menerima semua yang datang memberikan sejuta cintanya,"lirih Lea tegar mengucap.

Hingga hari ini, aku masih sendiri menjalani seluruh aktifitas seorang diri, menyibukkan diri dengan kuliah dan menjalin pertemanan dengan siapa saja. Jangan kau kira aku seperti ini berarti aku tak bisa bangkit dari kepedihan, tidak! Lebih hanya ingin menikmati kesendirian, entah sampai kapan. Mungkin sampai nanti saat pangeran cinta datang dengan segenap hati membuka pintu rumah ini.

Rumahku yang sudah kosong, rumah yang sempat menjadi tempat kamu berteduh melepas peluh, rumah yang dulu sangat hangat oleh pelukanmu, tapi kini tak akan pernah lagi menjadi rumahmu.

Rabu, 19 Februari 2014

Mission Completed! Tur Bandung 17/02 Si Jalak Harupat

Hawa Panas" jelang laga klasik Persib Bandung menghadapi Persija Jakarta sudah saya rasakan sejak seminggu jelang pertandingan ini akan berlangsung. Tepatnya saat hari itu di akun path saya menuliskan moment "Goodbye Jakarta" dengan backsound Tunggu Aku nya Andra and The Backbone.

Update Path 15/2
Sejujurnya, saya mengupdate moment tersebut tidak bermaksud untuk pamer, sok berani petantang petenteng menunjukkan akan berangkat ke Bandung (sebelum menghadapi Persib, Persija bentrok terlebih dahulu menghadapi Pelita Bandung Raya). Namun apa yang terjadi, respon "liar" justru muncul di tab mention akun twitter saya.

Seperti yang tampak dalam skrensut dibawah ini.. 


Viking Mengira Saya Berangkat Ke Bandung
Perlu diketahui, pada saat saya mengupdate moment itu, sebenarnya saya justru sedang menghadiri pernikahan salah satu rekan Jakampus, Ratna di Pandeglang. ( Kecele nih yee :p ) . Melihat respon "aneh" yang muncul dari tetangga sebelah menimbulkan keisengan saya, untuk kemudian sengaja update membuat mereka semakin yakin saya berada di Bandung, dan lucunya semakin penuhlah "sambutan" yang masuk. Saya hanya tertawa kecil membaca mention masuk tersebut =)) , betapa mudahnya "tertipu" dengan update social media.

Seperti skreensut dibawah ini...
                                                                                                             


Serem :))

Aduh si eneng ikut-ikutan :))






Sampe akun gede pun ikutan :o
Sedikit mundur kebelakang, menjelang pertandingan tandang Persija melawan Pelita Bandung Raya, klub yang diperkuat Bambang Pamungkas, eks pemain, kapten, serta masih sangat pantas disebut Icon dan Legenda Persija. Saya memang berniat untuk menjadi saksi hidup perjalanan karier pemilik nomor punggung 20 itu. Melihat dengan mata kepala saya sendiri bagaimana canggungnya saya dan mungkin pecinta Persija lainnya, kala "si kumis" justru menjadi lawan Persija, tim yang sangat di cintainya.

Singkat cerita, hari yang ditunggu tiba Senin 17 Februari 2014 dengan menggunakan jasa angkutan travel, pagi buta saya sudah bergerak menuju kota Bandung. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu setengah jam dari kota Bandung, saya tiba di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung tepat pukul 13.30.

Rasa khawatir, deg-degan menyelimuti saya kala berada di stadion yang di akhir pekan nanti juga akan didatangi Persija untuk menghadapi Persib Bandung. Kekhawatiran saya bukan tanpa alasan, karena memang situasi "panas" sudah terasa saat pertama kali saya melihat "Bambang Pamungkas" ada dipihak lawan dari tim yang saya dukung. Benar saja dari pinggir lapangan tempat melakukan tugas peliputan, saya melihat dominasi suporter yang datang justru bukan dari pendukung PBR, melainkan Persib yang melakukan yel-yel provokasi, panas sekali kuping mendengarnya.

Mendapatkan situasi seperti itu, ratusan The Jakmania yang hadir di Si Jalak Harupat sama sekali tidak terpancing untuk melakukan hal bodoh tersebut, melainkan hanya fokus memberikan dukungan untuk Macan Kemayoran, dan chant-chant dukungan yang diberikan sangat terdengar di televisi, seperti kabar yang saya dapatkan dari yang menyaksikan siaran langsungnya.

Dua gol Bepe ke gawang Persija entah kenapa saya tidak begitu merasakan kesedihan yang berarti, karena menurut saya itu yang memang harus dilakukan dirinya sebagai seorang striker, ditambah saat mencetak gol, selebrasi terbang khas dirinya tidak dilakukan, semata-mata menghargai tim yang pernah dibelanya satu dekade terakhir. Hal yang tak berbeda jauh juga diutarakan Bepe dalam pesan singkatnya "Atas nama profesionalisme zan, tidak ada yang lain, gue rasa lo dan The Jak kenal gue dengan baik lah, tidak juga untuk membuktikan sesuatu. Gue hidup dari mencetak gol zan, dan gue akan selalu berusaha melakukannya selagi gue masih mampu, dimanapun gue bermain." Jujur mata saya berkaca-kaca justru saat pertandingan baru dimulai saya melihat langkah kaki Bambang Pamungkas masuk ke dalam lapangan tidak dengan berbalut logo monas didada dengan satu bintang diatasnya.


Tanpa Selebrasi Khas dari si 20


Hasil imbang 2-2 setelah Ivan Bosnjak dan April Hadi menceploskan bola ke gawang PBR, menjadi hasil yang tidak begitu buruk, hal ini juga di iyakan Benny Dollo dalam sesi konfrensi pers seusai pertandingan "Secara hasil aku tidak kecewa, raihan satu poin di kandang lawan sangat berharga, tapi memang secara permainan kami belum maksimal".

Seusai pertandingan, Bepe langsung menghampiri dan menyalami seluruh anggota tim Persija, jajaran pelatih, pemain, official, bahkan ia tak sungkan memberikan salam jempol telunjuk kepada The Jakmania di tribun barat, moment mengharukan, beruntung saya dapat menyaksikan langsung dan mengabadikan dengan kamera.



Begitu membekas di ingatan saya, saat Bepe berucap sambil menepuk bahu dan memeluk, "Musim depan ya zan, kita ketemu lagi". Entah apa yang tersirat dari pernyataan tersebut mencoba mengambil sisi positifnya, "Iya 20 akan kembali disini, suatu saat nanti di Jakarta bersama kami di Persija, bersama puluhan bahkan ratusan ribu yang merindukannya, termasuk saya entah sebagai pemain atau bukan tidak mungkin sebagai juru taktik Macan Kemayoran". Amin....



Terimakasih Persija atas raihan satu pointnya, makasih juga untuk mas Yudie Oktav, Mufti dari Sport Satu, Bambang Pamungkas. Untuk The Jakmania yang hadir di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, Salam Hormat, Luar Biasa! #PersijaSelamanya



Selesai...





Kamis, 30 Januari 2014

Aku dan Kamu yang tidak pernah menjadi Kita

"Kalo kamu mau, aku dan kamu bisa kok menjadi kita, saling mendoakan dalam eratnya pelukan sepasang kekasih menghangatkan suasana pada dingin nya udara kota Bandung..."

Andin, mahasiswi semester 2 salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, rambut lurus panjang, tinggi semampai, cantik berprestasi bahkan menjadi idola tidak hanya di angkatannya tapi juga menjadi buah bibir dikalangan senior kampus tempat mengambil gelar S.Psi.

Di teriknya udara siang hari, Andin bersiap untuk bertemu melepas rindu dengan pacarnya Dendi mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyelesaikan skripsinya di kota kembang. Rutinitas ini biasa mereka lakukan paling tidak sebulan sekali saling berkunjung, akhir pekan ini Andin menemui Dendi yang tidak bisa pulang karena bimbingan skripsi yang tidak bisa ditinggalkan. Honda Jazz merah melaju santai di lurus tol Cipularang, Fix You Coldplay mengiringi hawa rindu setelah tidak saling berjumpa selama sebulan terakhir.

Malam itu ditempat biasa kita bertemu tak jauh dari kostan kamu, kita bercerita banyak tentang masing-masing. Kamu dengan semangat mengatakan lusa akan sidang skripsi, berita yang sengaja kamu simpan hanya untuk memberitahu aku langsung. Reflek, pelukan selamat aku berikan hangat tepat di tubuh kamu, hangat, dalam. Aku senang dalam waktu yang tak lama lagi tidak lagi yang mampu memisahkan kita sekalipun itu jarak.

Tidak mau kalah dengan kamu, dengan lancar bibir aku berucap tentang semua hal yang ingin ku katakan sebulan terakhir, mulai dari aktifitas di kampus, keseruan aku dengan teman-teman, tak lupa menyampaikan salam mama yang ternyata juga kangen sama kamu. Sampai di beberapa waktu ini aku sedang rajin menulis sebuah rangkaian kecil perjalanan kita. Suatu saat kamu harus baca ya. Senyum tipis mengembang di pipi. Malam semakin larut pertemuan ini pun semakin hangat, kamu memutuskan untuk mengantar aku pulang ke rumah tante, rumah kedua aku selama 10 bulan terakhir kita bersama setelah tentunya rumah orangtuaku yang aku tempati di Jakarta.

Esok pagi nya, kita kembali bersama menikmati sarapan bubur ayam, kamu begitu wangi sekali pagi ini, dengan manja aku melingkarkan tangan sambil meletakkan kepala di bahu kamu. "Aku ingin seperti ini selamanya, bisikku lirih"

Waktu jua lah yang kembali memisahkan kita, hanya untuk sementara janji kamu. Segera aku selesaikan semua studi ku disini, baik-baik selalu di Jakarta, jangan nakal. Kembali aku peluk erat, tak ingin berpisah sebenarnya, tapi apa daya ini konsekuensi yang sudah kita pilih, sambil menyeka air mata aku pamit. "Love you"

Entah apa yang kemudian di takdirkan Tuhan, mobil Andin mengalami kecelakaan tunggal di jalan tol, yang dalam sekejap membuyarkan semua mimpi, asa, dan harapan yang sudah sekian lama ini dibangun. Dendi hanya bisa diam membisu melihat tubuh kekasih yang sangat dicintainya membujur kaku, berusaha menahan air mata haru walau terlihat butiran kesedihan tampak jelas di raut wajahnya.

Seminggu berlalu, dengan langkah tak begitu semangat menyusuri lorong kampus. Pagi ini, Dendi berjalan gontai menuju ruang eksekusi untuk menyelesaikan atas apa yang sudah di dapatkannya selama 4 tahun terakhir di bangku kuliah.

Satu langkah untuk menyematkan title, S.I.Kom. dibelakang namanya telah diraih Dendi, sidang skripsi berhasil dilaluinya dengan sempurna. Nilai A memaksa dirinya untuk tersenyum, meskipun getir karena teringat ucapan Andin dipertemuan terakhir dengannya "tak lama lagi tidak lagi yang mampu memisahkan kita sekalipun itu jarak"

Keesokan harinya tepat di pusara Andin, Tanpa disadari kertas nilai yang dari tadi digengamnya basah, air mata tak bisa tertahankan "Raga ini memang terpisah tapi tidak untuk rasa ini janjiku dalam hati, aku yakin kamu pasti tersenyum disana, walaupun di ujung cerita, aku dan kamu yang tidak pernah menjadi kita," Sambil berlalu seraya meletakan kertas nilai tersebut sebagai persembahan terakhirnya.