Senin, 04 Agustus 2014

Bohong

Sering kita dengar dan tidak jarang juga diucapkan “bohong demi kebaikan itu enggak apa-apa kok”. Memang disituasi tertentu berbohong masih menjadi hal yang dimaklumi untuk dilakukan.

Seperti dalam kondisi ini misalnya. Dalam satu keluarga dimana ada anak yang meninggal dunia di perantauan. Kemudian anggota keluarga lain terpaksa membohongi ibu kandungnya dengan mengatakan sang anak hanya menderita sakit. Kebohongan yang dilakukan sebelum jenazah tiba dikediaman. Tidak lebih tidak bukan hanya untuk menjaga keselamatan si ibu yang mengalami sakit jantung.

Lain halnya ketika dihadapkan dengan situasi percintaan. Klasik, kejujuran menjadi hal penting dalam sebuah hubungan. Terlebih jalinan kasih baru sebatas pacaran. Dua ego yang berbeda, dua kepala dan pemikiran yang tidak sama. Semuanya itu terpaksa harus dijadikan satu. Suka tidak suka, mau tidak mau inilah sebuah proses menuju langkah selanjutnya.

Keributan demi keributan, perselisihan, salah paham kerap kali terjadi dalam suatu hubungan karena hal yang satu ini, bohong. Terlihat sepele mungkin, namun bisa menjadi bahan renungan. “Baru pacaran aja sudah suka berbohong, bagaimana jika nanti hidup berumah tangga?”

Bohong atau tidak mengatakan jujur, berkata jika benar bilang benar. Apabila salah tidak sungkan mengakui kekhilafan lalu kemudian minta maaf. Karena memang ternyata lebih sulit, memberikan uluran tangan terlebih dahulu, daripada merespon jabatan tangan permohonanan maaf.

Itu bohong... Itu Palsu