Jakarta, Sabtu 9 April 2016
Sore itu menjadi hari yang ditunggu-tunggu gue dan bahkan
puluhan ribu pasang mata supporter Persija yang biasa dikenal dengan sebutan The
Jakmania. Setelah menanti 1 tahun lebih untuk menuntaskan orgasme di tribun,
inilah waktunya, dan inilah saatnya. Persiapan yang tidak banyak bukan menjadi
halangan untuk bisa menjadi saksi hidup kembalinya sang Macan beratraksi di
kandangnya sendiri dalam event Trofeo Persija 2016
Seperti halnya gue, beberapa hari jelang pertandingan
terlebih ketika harga tiket sudah dirilis mulailah cari informasi bagaimana
mendapatkannya. Mulai dari jalur korwil, pembelian presale offline, mengantri
pada hari H, hingga pembelian online melalui Persija Card. Banyak memang cara
yang dapat ditempuh untuk mendapatkan selembar tiket, kemudahan terhampar untuk
menyaksikan Persija bertanding, tinggal siapin aja uangnya :p
Akhirnya pilihan jatuh kepada pembelian online melalui Persija
Card. Untungnya, Persija Card yang gue miliki masih available walaupun mesti
ganti password terlebih dahulu karena sudah sekian lama tidak digunakan alias
lupa.. :D . Singkat cerita bukti pembelian tiket sudah ditangan, tinggal
ditukarkan pada saat hari H.
Keberadaan gue di tribun menjadi penonton biasa sejujurnya
menjadi barang mewah, terlebih ketika sampai saat ini masih aktif mengurusi
JakOnline media komunitas yang fokus dibidang informasi Persija dan Jakmania.
Tidak bisa dielakkan lagi, gue lebih sering nonton (atau bahkan bukan nonton
melainkan liputan) ketika Persija bertanding dari pinggir lapangan ataupun
tribun pers. Bahkan sebelum memesan tiket pertandingan, gue pun masih harus
mengkoordinasikan dan memastikan dengan Crew yang bertugas liputan nantinya di
Trofeo Persija.
Akhirnya tiba juga di tempat suci ini, Stadion Utama Gelora
Bung Karno, tepat pukul 14.30. Bersama Vicky (yang kalo ke Senayan mesti pake passport
alias anak Bekasi) , doi juga aktif mengirim tulisan untuk JakOnline. Tuker
tiket di kantor Persija, mengantri masuk hingga kemudian sampai di teras utama
tribun. Didalam proses antrian tersebut ada hal baru yang gue rasa sedikit
aneh. Ketika pemeriksaan sedang berlangsung dari pihak keamanan, didapati dari
tas gue sebungkus rokok. Yaa awalnya gue tenang aja, karena biasanya yang diambil
adalah koreknya. Namun yang terjadi disita jugalah itu barang yang kondisinya
masih baru, belom dibuka. Sempat ada pertanyaan yang gue lontarkan ke pihak
keamanan,
Tiket Trofeo Persija 2016 |
Persija seJAK dini |
“Pak kenapa diambil? Biasanya gak pernah kalo rokok, kecuali
korek saya paham jika memang harus disita. Lagipula nanti didalam juga ada yang
jual,”
Bener aja kan, didalam ada yang jual rokok |
Dengan sedikit galak seorang polisi menjawab, “UDAH
SANA MASUK, KAMU GAK LIAT ITU BANYAK JUGA YANG UDAH DISITA (sambil nunjuk kebawah
dimana tergeletak puluhan bungkus rokok), GAK PERDULI BARU BELI ATAU ENGGAK.
URUSAN DIDALEM YA DIDALEM, BEDA SAMA DISINI. SAYA HANYA MENJALANKAN TUGAS”
Yayaya, karena enggan memperpanjang urusan, dan suasana
antrian juga masih panjang. Dengan perasaan gerutu masih tidak terima perlakuan
pihak keamanan, saya kembali meniti anak tangga untuk masuk melalui sektor 14. Ketika
tiba ditribun gue baru sadar, selain dengan Vicky tidak ada yang saling kenal
di samping kanan kiri, atas bawah tempat gue berada. Namun disinilah satu sisi
menarik lainnya yang didapatkan. Karena dengan jarak yang cukup jauh dengan
lapangan ditambah tumpah ruahnya kondisi ditribun dengan atmosfir. Terkadang
justru membuat jalannya pertandingan tidak begitu disimak. Obrolan khas ala
tribun pun sempat terlontar.
“Jak, itu tadi siapa yang melanggar Ismed.. Ahh anjin*
banget sih. Harusnya gol itu,” atau ketika gol terjadi, “Jak tadi siapa yang
golin, ahh gak keliatan nih dari sini. Golnya kaya gmana. Mampu* tuh lawan
kalah luh ama Persija gue” AHHHH… Percakapan ciri khas ala tribun, dan akan
selalu menjadi hal yang dirindukan ketika pertandingan sudah selesai.
Menjadi penonton biasa itu asik juga datang sendirian
ataupun bersama teman. Terlebih ketika ditribun tidak ada yang saling kenal,
suasana akan lebih menggelora seperti percakapan yang terangkum di atas. Beli
tiket, berikan dukungan setelah itu pulang. Setelah tiba dirumah dan kembali
menantikan kapan waktunya bisa kembali berjumpa dengan tim kebanggaan. Hanya
itu, sudah cukup membuat bahagia.
Selesai…..