Seperti dalam kondisi ini misalnya. Dalam satu keluarga
dimana ada anak yang meninggal dunia di perantauan. Kemudian anggota keluarga
lain terpaksa membohongi ibu kandungnya dengan mengatakan sang anak hanya
menderita sakit. Kebohongan yang dilakukan sebelum jenazah tiba dikediaman.
Tidak lebih tidak bukan hanya untuk menjaga keselamatan si ibu yang mengalami
sakit jantung.
Lain halnya ketika dihadapkan dengan situasi percintaan.
Klasik, kejujuran menjadi hal penting dalam sebuah hubungan. Terlebih jalinan
kasih baru sebatas pacaran. Dua ego yang berbeda, dua kepala dan pemikiran yang
tidak sama. Semuanya itu terpaksa harus dijadikan satu. Suka tidak suka, mau
tidak mau inilah sebuah proses menuju langkah selanjutnya.
Keributan demi keributan, perselisihan, salah paham kerap
kali terjadi dalam suatu hubungan karena hal yang satu ini, bohong. Terlihat
sepele mungkin, namun bisa menjadi bahan renungan. “Baru pacaran aja sudah suka
berbohong, bagaimana jika nanti hidup berumah tangga?”
Bohong atau tidak mengatakan jujur, berkata jika benar
bilang benar. Apabila salah tidak sungkan mengakui kekhilafan lalu kemudian
minta maaf. Karena memang ternyata lebih sulit, memberikan uluran tangan
terlebih dahulu, daripada merespon jabatan tangan permohonanan maaf.
Itu bohong... Itu Palsu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar