Selasa, 12 April 2016

Menjadi Penonton Biasa



Jakarta, Sabtu 9 April 2016

Sore itu menjadi hari yang ditunggu-tunggu gue dan bahkan puluhan ribu pasang mata supporter Persija yang biasa dikenal dengan sebutan The Jakmania. Setelah menanti 1 tahun lebih untuk menuntaskan orgasme di tribun, inilah waktunya, dan inilah saatnya. Persiapan yang tidak banyak bukan menjadi halangan untuk bisa menjadi saksi hidup kembalinya sang Macan beratraksi di kandangnya sendiri dalam event Trofeo Persija 2016

Seperti halnya gue, beberapa hari jelang pertandingan terlebih ketika harga tiket sudah dirilis mulailah cari informasi bagaimana mendapatkannya. Mulai dari jalur korwil, pembelian presale offline, mengantri pada hari H, hingga pembelian online melalui Persija Card. Banyak memang cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan selembar tiket, kemudahan terhampar untuk menyaksikan Persija bertanding, tinggal siapin aja uangnya :p

Akhirnya pilihan jatuh kepada pembelian online melalui Persija Card. Untungnya, Persija Card yang gue miliki masih available walaupun mesti ganti password terlebih dahulu karena sudah sekian lama tidak digunakan alias lupa.. :D . Singkat cerita bukti pembelian tiket sudah ditangan, tinggal ditukarkan pada saat hari H.

Keberadaan gue di tribun menjadi penonton biasa sejujurnya menjadi barang mewah, terlebih ketika sampai saat ini masih aktif mengurusi JakOnline media komunitas yang fokus dibidang informasi Persija dan Jakmania. Tidak bisa dielakkan lagi, gue lebih sering nonton (atau bahkan bukan nonton melainkan liputan) ketika Persija bertanding dari pinggir lapangan ataupun tribun pers. Bahkan sebelum memesan tiket pertandingan, gue pun masih harus mengkoordinasikan dan memastikan dengan Crew yang bertugas liputan nantinya di Trofeo Persija.

Akhirnya tiba juga di tempat suci ini, Stadion Utama Gelora Bung Karno, tepat pukul 14.30. Bersama Vicky (yang kalo ke Senayan mesti pake passport alias anak Bekasi) , doi juga aktif mengirim tulisan untuk JakOnline. Tuker tiket di kantor Persija, mengantri masuk hingga kemudian sampai di teras utama tribun. Didalam proses antrian tersebut ada hal baru yang gue rasa sedikit aneh. Ketika pemeriksaan sedang berlangsung dari pihak keamanan, didapati dari tas gue sebungkus rokok. Yaa awalnya gue tenang aja, karena biasanya yang diambil adalah koreknya. Namun yang terjadi disita jugalah itu barang yang kondisinya masih baru, belom dibuka. Sempat ada pertanyaan yang gue lontarkan ke pihak keamanan,

Tiket Trofeo Persija 2016

Persija seJAK dini


“Pak kenapa diambil? Biasanya gak pernah kalo rokok, kecuali korek saya paham jika memang harus disita. Lagipula nanti didalam juga ada yang jual,” 

Bener aja kan, didalam ada yang jual rokok


Dengan sedikit galak seorang polisi menjawab, “UDAH SANA MASUK, KAMU GAK LIAT ITU BANYAK JUGA YANG UDAH DISITA (sambil nunjuk kebawah dimana tergeletak puluhan bungkus rokok), GAK PERDULI BARU BELI ATAU ENGGAK. URUSAN DIDALEM YA DIDALEM, BEDA SAMA DISINI. SAYA HANYA MENJALANKAN TUGAS”

Yayaya, karena enggan memperpanjang urusan, dan suasana antrian juga masih panjang. Dengan perasaan gerutu masih tidak terima perlakuan pihak keamanan, saya kembali meniti anak tangga untuk masuk melalui sektor 14. Ketika tiba ditribun gue baru sadar, selain dengan Vicky tidak ada yang saling kenal di samping kanan kiri, atas bawah tempat gue berada. Namun disinilah satu sisi menarik lainnya yang didapatkan. Karena dengan jarak yang cukup jauh dengan lapangan ditambah tumpah ruahnya kondisi ditribun dengan atmosfir. Terkadang justru membuat jalannya pertandingan tidak begitu disimak. Obrolan khas ala tribun pun sempat terlontar.

“Jak, itu tadi siapa yang melanggar Ismed.. Ahh anjin* banget sih. Harusnya gol itu,” atau ketika gol terjadi, “Jak tadi siapa yang golin, ahh gak keliatan nih dari sini. Golnya kaya gmana. Mampu* tuh lawan kalah luh ama Persija gue” AHHHH… Percakapan ciri khas ala tribun, dan akan selalu menjadi hal yang dirindukan ketika pertandingan sudah selesai.

Menjadi penonton biasa itu asik juga datang sendirian ataupun bersama teman. Terlebih ketika ditribun tidak ada yang saling kenal, suasana akan lebih menggelora seperti percakapan yang terangkum di atas. Beli tiket, berikan dukungan setelah itu pulang. Setelah tiba dirumah dan kembali menantikan kapan waktunya bisa kembali berjumpa dengan tim kebanggaan. Hanya itu, sudah cukup membuat bahagia. 

Selesai…..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar